PAGAR ALAM, WARTA DEMPU – Memasuki puncak masa panen Kopi, harga buah kopi kering di Pagar Alam mengalami penurunan signifikan dari sebelumnya Rp70.000 sampai Rp75.000 perkilogram, saat ini menjadi Rp67 ribu per kilogram, bahkan bisa lebih rendah tergantung kualitas.
Kondisi ini membuat para petani kopi di wilayah perbatasan Pagar Alam dan Kabupaten Lahat, hingga Kecamatan Dempo Tengah, mulai mengeluhkan pendapatan mereka menyusut.
Kondisi ini kerap terjadi saat menjalang puncak masa panen. Pasalnya kondisi stok biji Kopi juga meningkat mengingat sudah banyak petani yang mulai menjual hasil panen mereka.
Gimin (40), seorang petani kopi yang berkebun di wilayah perbatasan Kota Pagar Alam mengaku hanya bisa menjual hasil panennya seharga Rp66.000 per kilogram meskipun kualitas kopinya cukup baik.
“Saya jual minggu lalu ke pengepul cuma dihargai Rp66 ribu. Padahal sebelumnya bisa sampai Rp70 ribu. Jelas ini sangat berpengaruh ke penghasilan kami,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Erik (50), petani asal Kecamatan Dempo Tengah. Dirinya mengaku harga jual biji kopi saat ini sangat fluktuatif, tergantung kondisi dan kualitas hasil panen.
“Dalam beberapa minggu ini saya sudah jual beberapa kali, paling tinggi cuma Rp69 ribu, paling rendah Rp65 ribu. Jadi ya, sangat bergantung kualitas dan siapa yang beli,” katanya.
Sementara itu, Anca seorang pengusaha pengepul biji kopi di Pagar Alam, membenarkan adanya penurunan harga. Saat pihaknya membeli kopi kering dari petani dengan harga bervariasi, tergantung kualitas yang diminta oleh pembeli besar atau toke.
“Kami beli Rp67 ribu untuk kualitas yang bagus. Tapi kebanyakan yang datang kualitasnya masih standar, jadi hanya kami hargai Rp65 ribu. Kami juga ikut permintaan pasar,” jelasnya.(RM)
Komentar